Perawat Pintar

Senin, 10 Januari 2022

Anatomi dan Fisiologi Telinga

 Anatomi dan Fisiologi Telinga

 

1.      Anatomi Telinga

 

Telinga merupakan alat penerima gelombang suara atau gelombang udara kemudian gelombang mekanik ini diubah mejadi impuls pulsa listrik dan diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran (Gabriel, 1988). Telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbangan. Telinga manusia menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut akan di analisa dan di intrepretasikan. Cara paling mudah untuk menggambarkan fungsi dari telinga adalah dengan menggambarkan cara bunyi dibawa dari permulaan sampai akhir dari setiap bagian-bagian telinga yang berbeda. Telinga dapat dibagi menjadi 3 bagian (Syaiffudin, 2004) seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Struktur telinga (Saladin, 2003)

                     a.       Telinga luar

 

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna), saluran telinga (canalis auditorius externus) dan pada ujung terdapat gendang telinga (membran timpani) (Pearce, 2009). Canalis auditorius externus berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas telinga dalam regio 3000 Hz - 4000 Hz. Kanal ini berukuran panjang sekitar 2,5 cm dengan sepertiga adalah tulang rawan sementara dua pertiga dalamnya berupa tulang. Kanal ini dapat diluruskan dengan cara mengangkat daun telinga ke atas dan ke belakang. Membran timpani berfungsi menyalurkan getaran di udara ke tulang-tulang kecil telinga tengah. Tekanan suara yang melebihi 160 dB dapat memecahkan gendang telinga. Apabila gendang telinga pecah, biasanya dapat sembuh kembali seperti jaringan lainnya. Karena gendang telinga sendiri terdiri dari sel-sel hidup.

 

b.      Telinga tengah

 

Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara. Rongga tersebut terletak sebelah dalam membran timpani yang memisahkan rongga itu dari meatus auditorius externa. Dalam telinga tengah bagian yang paling utama adalah osikulus. Yang terdiri dari : palu (maleus), landasan (inkus), dan sanggurdi (stapes). Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan disampaikan ke tulang pendengaran. Setiap tulang pendengaran akan menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang terkecil di tubuh meneruskan getaran ke koklea. Osikulus ini berperan penting dalam menyesuaikan impedansi di gendang telinga dengan impedansi ruang-ruang berisi air di telinga dalam.

Tekanan suara di bagian dalam mengalami penguatan akibat kerja tulang-tulang tersebut sebagai tuas. Bahkan terjadi penguatan yang lebih besar karena luas gendang telinga yang relatif besar dibandingkan dengan luas jendela oval.

Pinggir tuba eustachius juga termasuk dalam telinga tengah. Tuba Eustachius menghubungkan ruangan pada telinga tengah ke kerongkongan. Dalam keadaan biasa, hubungan tuba Eustachius dan telinga tengah tertutup. Dan terbuka ketika mengunyah dan menguap. Hal ini menjelaskan mengapa penumpang pesawat terasa 'pekak sementara' ketika mendarat. Rasa 'pekak' tersebut disebabkan karena perbedaan tekanan antara udara di dalam pesawat dan udara disekeliling ketika mendarat. Tekanan udara di sekitar telah menurun, sedangkan tekanan pada telinga tengah masih tekanan udara biasa. Perbedaan ini dapat diatasi dengan mekanisme mengunyah sesuatu atau menguap.


c.          Telinga dalam

 

Telinga dalam terdiri dari koklea, yaitu sebuah struktur kecil berbentuk spiral berisi cairan. Ketika gendang telinga bergerak, osikulus di telinga tengah menyebabkan stapes menekan membran lentur yang menutupi jendela oval koklea dan menyalurkan tekanan ke cairan ke dalam koklea. Getaran ini menyebabkan gerakan di membran basilaris fleksibel. Gerakan inilah yang merangsang sel-sel rambut atau hair cells di organ corti untuk kemudian menghasilkan pulsa-pulsa listrik (potensial aksi). Sinyal ini kemudian disalurkan ke otak melalui saraf auditorius. Saraf ini memberikan informasi mengenai frekuensi dan intensitas suara yang kita dengar. Dalam koklea terdapat jendela oval yang terletak di salah satu ujung rongga vestibular, pada ruang tengah adalah duktus koklearis, dan ruang ketiga adalah rongga timpani.

 

d.      Syaraf Pendengaran

 

Syaraf Pendengaran (Nervus Auditorius) terdiri dari dua bagian. Salah satunya pengumpulan sensibilitas dari bagian verstibuler rongga telinga dalam yang memiliki hubungan dengan keseimbangan. Serabut-serabut saraf ini bergerak menuju nukleus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medula oblongata, kemudian bergerak menuju serebelum. Bagian koklea pada syaraf pendengaran adalah syaraf sebenarnya. Serabut syaraf mula-mula dipancarkan pada sebuah nukleus khusus yang berada tepat di belakang talamus, kemudian dilanjutkan ke pusat penerima dalam korteks otak yang teletak pada bagian bawah lobus temporalis (Pearce, 2009).


2.      Fisiologi Pendengaran

 

Suara merupakan suatu sinyal analog/kontinyu yang secara teoritis mengandung informasi yang tak terhingga jumlahnya, yang direpresentasikan pada tak terhingga banyaknya jumlah frekuensi dan tiap frekuensi tersebut memiliki informasi fasa dan magnituda. Suara yang didengar telinga manusia mengalami perubahan dari sinyal akustik yang bersifat mekanik menjadi sinyal listrik yang diteruskan syaraf pendengaran ke otak. Proses mendengar tentunya tidak lepas dari organ pendengaran manusia yakni telinga.

Proses pendengaran ini diawali dengan masuknya gelombang bunyi yang ditangkap oleh daun telinga melewati meatus acusticus eksternus. Daun telinga dan meatus acusticus eksternus ini menyerupai pipa kira-kira sepanjang 2 cm sehingga memiliki mode resonansi dasar pada frekuensi sekitar 4 kHz. Kemudian gelombang suara yang telah ditangkap akan membuat membran timpani telinga bergetar. Seseorang menerima suara berupa getaran pada membran tympani dalam daerah frekuensi pendengaran manusia. Getaran tersebut dihasilkan dari sejumlah variasi tekanan udara yang dihasilkan oleh sumber bunyi dan dirambatkan ke medium sekitarnya, yang dikenal sebagai medan akustik. Variasi tekanan pada atmosfer disebut tekanan suara, dalam satuan Pascal (Pa). Setelah melalui membran tympani, getaran tersebut akan menggetarkan ketiga tulang pendengaran (maleus, incus, stapes). Pada saat maleus bergerak, incus ikut bergerak karena maleus terikat kuat dengan inkus oleh ligamen-ligamen. Artikulasi dari incus dan stapes menyebabkan stapes terdorong ke depan pada cairan cochlear. Ketiga tulang pendengaran tadi mengubah gaya kecil dari partikel udara pada gendang telinga menjadi gaya besar yang menggerakkan fluida dalam koklea. Impedansi matching antara udara dan cairan koklea ialah sekitar 1 kHz.

Pada telinga bagian dalam terdapat koklea dan di dalam koklea terdapat membran basiliar yang bentuknya seperti serat panjangnya sekitar 32 mm. Getaran dari tulang pendengaran diteruskan melalui jendela oval, yang kemudian akan menggerakkan fluida sehingga membran basiliar ikut bergetar akibat resonansi. Bentuk membran basiliar memberikan frekuensi resonansi yang berbeda pada suatu bagian membran. Gelombang dengan frekuensi tertentu akan beresonansi secara sempurna dengan membran basiliar pada titik tertentu, menyebabkan titik tersebut bergetar dengan keras. Prinsip ini sama dengan nada tertentu yang akan membuat garputala bergetar. Frekuensi tinggi menyebabkan resonansi pada titik yang berada di dekat jendela oval dan frekuensi rendah menyebabkan resonansi pada titik yang berada lebih jauh dari jendela oval. Organ korti yang terletak di permukaan membran basiliar yang terdiri dari sel-sel rambut ini akan mengubah getaran mekanik menjadi sinyal listrik. Laju firing (firing rate) sel rambut dirangsang oleh getaran membran basiliar. Kemudian sel saraf (aferen) menerima pesan dari sel rambut dan meneruskannya ke saraf auditori, yang akan membawa informasi tersebut ke otak, yaitu korteks serebri area pendengaran (area Boadmann 41 dan 42) dan disadari sebagai rangsang pendengaran (Anggraeni, 2011).

 

            3.      Bunyi

 

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang terjadi karena perapatan dan perenggangan dalam medium gas, cair, atau padat. Pada medium gas, kerapatan dan tekanan terkait erat. Oleh karena itu, gelombang bunyi dalam gas, seperti udara dapat dipandang sebagai gelombang kerapatan atau gelombang tekanan (Tipler, 1998). Ada dua aspek dari setiap bunyi yang dirasakan oleh pen- dengaran menusia. Aspek ini adalah “kenyaringan” dan “ketinggian”, masing-masing menyatakan sensasi dalam pendengaran. Kenyaringan berhubungan dengan energi pada gelombang bunyi. Besaran fisika yang menentukan ketinggian adalah frekuensi. Telinga manusia dapat mendengar frekuensi dalam jangkauan 20 Hz samapai 20.000 Hz. Jangkauan ini disebut jangkauan pendengaran. Jangkauan ini berbeda dari orang ke orang. Satu kecenderungan umum adalah jika orang ber- tambah tua, mereka makin tidak bisa mendengar frekuensi yang tinggi, sehingga batas frekuensi tinggi menjadi 10.000 Hz atau kurang (Giancoli, 2001).

 

            4.      Intensitas Bunyi

 

Intensitas gelombang bunyi adalah energi yang diangkut gelombang per satuan luas per satuan waktu. Satuan intensitas gelobang bunyi adalah Jm-2s-1 atau Wm-2. Intensitas gelombang bunyi terlemah yang masih dapat didengar telinga manusia normal yang berfrekuensi 1 kHz adalah sekitar 10-12 Wm-2. Gelombang ini memiliki amplitudo tekanan pm ≈ 2x10-5 Nm-2 dan Ym ≈ 10-11 m. Intensitas gelombang bunyi sebesar 1 Wm-2 dapat mengakibatkan rasa sakit pada telinga manusia normal. Jika frekuensi adalah 1 kHz, maka besar amplitudo tekanan dan simpangannya adalah pm 28 Nm-2 dan Ym 10-5 m.

Taraf atau tingkat intensitas gelombang bunyi dilambangkan dengan β. Satuan taraf intensitas adalah bel yang berasal dari penemu telepon yaitu Alexan- der Graham Bell (1847-1922). Dalam satuan dB dengan 1 dB = 1/10 bel, taraf in- tensitas ini di definisikan seperti persamaan 1.

 


       ……………………… (1) Dengan I0 = 10-12 Wm-2 yang merupakan intensitas referensi.

 

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur taraf intensitas gelombang bunyi disebut sound level meter yang berskala dB, sedangkan alat untuk menen- tukan spektogram gelombang bunyi disebut audiometer. Sumber gelombang bunyi yang praktis adalah loadspeaker. Loadspeaker merupakan suatu jenis transduser yang mengubah energi listrik menjadi energy mekanik berupa getaran membran. Daya keluaran mekanik loadspeaker dapat diukur melalui pengukuran daya listrik masukan. Karena daya listrik merupakan fungsi kuadrat tegangan listrik maka taraf intensitas bunyi dapat dituliskan sebagai fungsi tegangan listrik seperti berikut.

 

 




 

Dengan V adalah tegangan listrik masukan loadspeaker untuk frekuensi tertentu dan V0 adalah tegangan listrik masukan refrensi untuk frekuensi 1 kHz (Cameron, 2006).

 

0 comments:

Posting Komentar